Pernah dengar Dierenpark Taman Indonesia di Kallenkote? Orang Belanda sekalipun banyak yang tidak mengenal nama itu. Namun demikian, desa kecil di provinsi Overijssel ini sempat merebut perhatian dengan Festival Bali (27 April – 4 Mei). Festival dibuka oleh duta besar RI Mayerfas dan dihadiri walikota Steenwijkerland Rob Bats.
Penggagas dan Pelaksana
Sabtu 3 Mei 2025 adalah puncak acara. Pagi hari, taman ini sudah ramai pengunjung berbusana khas Bali. Di antara mereka tampak sejumlah perempuan berselendang kuning melangkah anggun membawa sesajen. Mereka bersiap-siap untuk upacara peresmian pura Bali terbesar di Eropa. Peresmian pura ini bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. Sedikitnya 500 warga Bali dari Belanda, Belgia, Prancis, Jerman dan juga Norwegia hadir pada Melaspas Agung dan Ngenteg Linggih yang dipimpin oleh Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun.
Pura itu diberi nama Shanta Citta Bhuwana. ‘Artinya tempat mencari kedamaian dan kerahayuan’, jelas ketua Yayasan Bali Abdi Samasta Ni Made Aniadi pada Voks Radio Amsterdam, yang pada hari itu mengudara langsung dari Kallenkote. Wanita berperawakan kecil inilah motor berdirinya pura besar yang sangat diinginkan oleh masyarakat Bali di Eropa. Tidak berlebihan disebut motor karena pura yang menjulang di tengah lahan Belanda ini terbuat dari batu-batu hitam yang didatangkan dari Karangasem, Bali. Dari gagasan hingga pelaksanaannya, menelan beberapa tahun.
Ni Made Aniadi menceritakan, sebelum ada pura komunitas Bali di Belanda mereka harus mencari dan menyewa tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan mereka. Oleh karena itu mereka sangat ingin memiliki tempat ibadah khusus. Berkat gotong-royong komunitas Bali, bantuan KBRI Den Haag dan dukungan pemerintah provinsi Bali maka terlaksanalah pendirian dan peresmian pura Shanta Citta Bhuwana.
Gubernur Bali Wayan Koster hadir pada upacara ini. Pada Voks Radio Amsterdam beliau mengutarakan penghargaannya: ‘Tentu saja saya mengapresiasi semangat dan rasa kebersamaan masyarakat Bali di Belanda. Dengan tekat kuat, motivasi kuat bergotong royong, berswadaya mengeluarkan biaya dalam rangka membangun pura. Ini tentu saja merupakan suatu prestasi! Pura ini adalah yang pertama direalisasi oleh masyarakat Bali di Eropa!’
Lalu pesan apa yang dibawa pulang Gubernur Bali Wayan Koster dari Kallenkote? ‘Saya akan cerita.
Masyarakat Bali di Eropa sangat kompak sangat guyub membawa budaya Bali ke Eropa dan dipersembahkan pada masyarakat lokal setempat. Ini menjadi kebanggaan dan mempromosikan Bali.’
Pemilik Taman Indonesia
Dokumentasi oleh: Cor Perrier
Marlisa Wareman, pemilik Taman Indonesia mengaku merinding mendengar gamelan Bali yang mengalun di tamannya. Ratusan pengunjung yang mengenakan pakaian tradisional Bali membuat suasana di taman ini semarak seolah berada di pulau dewata. Meskipun dengan festival ini ia sangat sibuk, dari awal hingga akhir Marlisa tetap senyum menerima tamu, bercakap-cakap dengan mereka dan melihat hiruk pikuk di tamannya.
Pengunjung Kegiatan Acara
‘Batu-batu besar ini diimpor dari Bali. Kok bisa ya’, kata ketua PPME Hasanul Hasibuan kagum. Ia datang dari Amsterdam karena ingin menyaksikan peresmian pura Bali di Belanda. Ia menggarisbawahi hadirnya pura ini adalah berkat toleransi beragama di Belanda. Masyarakat Bali di Eropa sangat kompak, begitu kesan yang didapatnya dari kesempatan ini.
Datang pula Frater Benjamin, yang berasal dari Lembata (NTT) dan sedang tugas di Belanda. Pada Voks Radio ia mengatakan: ‘Hari ini pertama kali saya melihat peresmian sebuah pura. Ini sesuatu yang sangat menarik dari Indonesia, ada banyak agama. Dan untuk umat Hindu mereka memiliki tempat khusus untuk beribadah. Ini sebuah kekayaan.’
Meskipun tidak mengenal agama Hindu Frater Benjamin kagum melihat upacara agama yang berjalan sangat khusyuk.
