Pada Jumat, 7 November, Komisi Pemilihan Umum Belanda menetapkan Partai Liberal Sosial D66 sebagai pemenang pemilu parlemen Belanda 29 Oktober 2025. Partai D66 unggul 30 ribu suara dari partai ekstrem kanan PVV pimpinan Geert Wilders yang menempel di peringkat dua. Kedua partai berpacu dalam perolehan suara dengan sangat menegangkan. Hingga H+1 belum ada kepastian siapa pemenangnya. Partai D66 dan PVV kini sama-sama menguasai 26 kursi di parlemen.
Partai D66 dikomandani oleh Rob Jetten, 38 tahun, yang sedang naik daun dan bakal menjadi calon Perdana Menteri termuda Belanda. Walau ada pengecualian, namun sudah menjadi tradisi partai terbesar pemenang pemilu menyumbangkan perdana menteri.
Pemilu Digelar Setelah Pemerintahan PM Dick Schoof Tumbang
Kabinet Perdana Menteri Dick Schoof jatuh pada 3 Juni 2025, setelah pemimpin PVV, Geert Wilders, menarik dukungan partainya dari koalisi. Koalisi pemerintahan kanan saat itu terdiri dari: PVV, partai liberal VVD, BBB (partai yang membela kepentingan petani dan penduduk sipil), dan Nieuw Sociaal Contract (NSC), partai sempalan Demokrat Kristen CDA.
PVV—waktu itu partai terbesar di parlemen dan paling garang dalam kebijakan anti-imigran—hengkang karena tidak puas dengan kebijakan pemohon suaka kabinet yang dinilai terlalu lunak.
Pada 22 Agustus, NSC juga hengkang setelah Menteri Luar Negeri demisioner Caspar Veldkamp memutuskan mundur karena merasa kurang mendapat dukungan atas kebijakan yang lebih keras terhadap Israel. Partai yang tersisa, VVD dan BBB, tetap bertahan hingga pemilihan parlemen 29 Oktober.
Hal ini adalah pertama kalinya dalam sejarah ketatanegaraan Belanda sebuah partai hengkang dari pemerintahan demisioner.
Kampanye Panas & Perang Debat Tevelisi
Selain memanfaatkan media sosial, serangkaian debat televisi live menjadi faktor penentu dalam kampanye pemilu Belanda. Para pemimpin fraksi partai-partai terbesar saling beradu argumen dalam sekurangnya enam debat televisi, baik oleh lembaga penyiaran publik maupun komersial.
Komentar keliru dalam debat televisi bisa berakibat fatal. Hal ini dialami oleh pemimpin partai Demokrat Kristen CDA, Henri Bontenbal.
Partai CDA sempat melesat ke posisi papan atas sampai sekitar seminggu sebelum tanggal pemilihan. Namun Bontenbal tergelincir setelah dalam sebuah debat televisi live berkomentar bahwa sekolah-sekolah Reformatoris Kristen berhak melarang peserta didik gay untuk secara terbuka memperlihatkan kecenderungan seksual mereka.
Hal ini memicu hujan kritik, sehingga Bontenbal—yang saat itu sudah hampir pasti akan berkantor di het Torentje, kantor perdana menteri Belanda di salah satu sudut kompleks parlemen (Tweede Kamer)—kehilangan momentum elektoralnya.
Fenomena Menarik Hasil Pemilu Belanda
NSC Terjun Bebas ke Nol Kursi
Ada dua fenomena menarik pasca pemilu. Pertama adalah perolehan suara 0 (nol) dari partai Nieuw Sociaal Contract (NSC).
Banyak anggota CDA yang tidak puas dengan arah kebijakan partai memutuskan mendirikan NSC. Partai yang dibidani oleh Pieter Omtzigt ini mengusung pemerintahan yang baik, akses bagi semua warga negara terhadap kebutuhan dasar seperti perawatan kesehatan, pendidikan, perumahan, serta kesejahteraan berkesinambungan.
NSC didirikan pada 19 Agustus 2023. Kinerjanya melesat bak meteor, dan walaupun pada awalnya menolak bergabung dalam kabinet yang menyertakan PVV, pada akhirnya NSC masuk dalam pemerintahan PM Dick Schoof pasca pemilu 22 November 2023.
Pemerintahan kanan kala itu terdiri dari PVV, VVD, NSC, dan BBB, resmi mulai memerintah pada 2 Juli 2024.
Namun banyak orang ragu apakah partai baru dengan pengalaman minim dalam pemerintahan dapat bertahan. Selain itu, pemimpin NSC Pieter Omtzigt menderita stres berat dan mundur pada April 2025.
Rupanya elektorat menghukum NSC karena telah bergabung dengan pemerintahan kanan. Dalam pemilu Oktober lalu, perolehan suara NSC terjun bebas menjadi nol.
Fenomena kedua adalah pengunduran diri Frans Timmermans, politikus senior Partai Buruh (PvdA), pasca anjloknya perolehan suara koalisi GroenLinks–PvdA.
GroenLinks–PvdA adalah kemitraan antara dua partai kiri: Kiri Hijau GroenLinks dan Partai Buruh PvdA. Sejak 2023, kedua partai mengikuti semua pemilihan dengan satu daftar caleg gabungan, dan berencana melakukan fusi total pada 2026 untuk menciptakan partai kiri besar yang solid.
“Saya sangat kecewa dengan hasil pemilu, karena kami telah berjuang sangat keras,” kata Timmermans.
Kekecewaannya wajar, karena partainya duduk sebagai oposisi pasca pemilu 2023. Biasanya partai oposisi mendapat “bonus suara”, dan jajak pendapat awal pun sempat menunjukkan peluang itu. Namun banyak pemilih justru beralih ke D66 yang dinilai lebih kuat menghadang PVV.
Posisi Frans Timmermans kemudian digantikan oleh Jesse Klaver, mantan pemimpin GroenLinks. Ibu Jesse Klaver adalah seorang Indo Belanda.
Rob Jetten, Bintang Baru D66
Setelah D66 keluar sebagai pemenang pemilu, Rob Jetten, keturunan Indo Belanda, digadang-gadang akan menjabat sebagai perdana menteri baru.
Jetten mengawali karier politiknya sebagai staf fraksi D66 di Eerste Kamer (Majelis Tinggi Belanda) dan sebagai ketua Demokrat Muda. Ia terpilih menjadi anggota parlemen pada pemilihan 2017.
Selama pembentukan kabinet 2021–2022, Jetten menjabat sebagai sekondan ketua partai Sigrid Kaag dalam serangkaian negosiasi. Pada 10 Januari 2022, ia dilantik sebagai Menteri Iklim dan Energi (Menteri tanpa Portofolio di Kementerian Ekonomi dan Iklim) dalam kabinet Rutte IV.
Rob Jetten berdarah Indo — sama seperti mantan PM Belanda Mark Rutte dan pemimpin GroenLinks–PvdA Jesse Klaver.
Jetten berpasangan dengan seorang pemain timnas hockey putra Argentina.
