Berabad-abad lalu di Myra, Anatolia, Turki hiduplah seorang uskup yang sangat baik. Uskup ini telah melakukan berbagai mukjizat dan kebajikan; menyelamatkan nyawa para nelayan ketika mereka hampir ditelan ikan paus. Uskup ini melemparkan uang logam emas ke rumah seorang ayah miskin dengan tiga putrinya. Karena miskin dan tidak akan mampu menikahkan mereka, maka si ayah akan terpaksa harus menjual putri-putrinya. Untuk mencegah hal ini terjadi, uskup pemurah itu diam-diam melemparkan uang logam emas ke tempat tinggal mereka.
Mukjizat dan kebajikan Santo Nikolas sekarang masih dapat dilihat dalam bentuk lukisan-lukisan karya Carlo Rosa di Bintoto di langit-langit Gereja Basilika Santo Nikolaus di Bari, Italia. Pelukis ini menyelesaikan karyanya dari 1661- 1673. Pada 1071 ketika awal Anatolia menjadi Islam, ada keinginan menyelamatkan jasad uskup suci ini. Para pelaut pada 1087 memenuhi janji mereka dan memboyong jasad Santo Nikolaus menyeberang ke Bari dengan syarat; Bari harus membangun basilik khusus.
Pesta untuk kanak-kanak
Sangat banyak kebaikan uskup ini, ia sangat bermurah hati pada orang-orang miskin dan selalu memberi hadiah pada anak-anak. Itulah Santo Nikolas, pelindung nelayan, pelindung pelaut, pelindung gadis-gadis dan penyayang anak-anak. Tidak mengherankan Santo Nikolas menjadi sosok kesayangan anak-anak dan adalah asal mula pesta Sinterklaas di Belanda.
Tiap tahun menjelang akhir November, Sinterklaas dan sejumlah Piet datang ke Belanda membawa hadiah untuk anak-anak. Mulai hari itu anak-anak di Belanda boleh menyiapkan sepatu mereka. Malam hari ketika anak-anak tidur lelap, Santo Nikolas yang dibantu para Piet diam-diam datang dan meninggalkan bingkisan. Pagi harinya anak-anak akan bergegas gembira untuk menemukan hadiah di sepatu.
Selain hadiah, pesta Sinterklaas punya kekhasan lain, yaitu chocoladeletter [coklat berbentuk huruf], banketstaaf [kueh panjang berisi pasta amande] dan camilan pepernoot [kueh bulat kecil rasa anis]. Banyak toko dan pasar swalayan di Belanda pada hari-hari ini menyediakan kertas karton dengan gambar sepatu yang bisa dilipat menjadi bentuk sepatu. Anak-anak boleh mewarnainya dan melipatnya, kemudian mencantumkan nama mereka. Sepatu-sepatu yang berjajar dekat pintu toko akan diisi sesuatu oleh Sinterklaas.
Dari segi komersial hari-hari ini sangat penting, omzet terbesar bagi toko-toko adalah pada bulan Desember. Kebanyakan orang bersedia merogoh kantong dalam-dalam untuk berbelanja dan membeli hadiah. Bukan karena hanya anak-anak merengek minta mainan baru, namum juga iklan di berbagai media memperkenalkan gadget/gawai dan jenis mainan terbaru sesuai kategori usia.
Dari segi pendidikan dan kemasyarakatan
Menyiapkan sepatu agar diisi hadiah, berhenti dilakukan pada 5 Desember, karena hari H itu dirayakan orang Belanda dengan sebutan pakjesavond [malam bingkisan-bingkisan]. Banyak orang di Belanda merayakan pesta ini dalam suasana kekeluargaan dengan mendatangkan ‘Sinterklaas sewaan’ dan Piet yang membawa sekarung hadiah.
Sinterklaas berjubah putih bermantol merah dan bertopi tinggi lancip duduk dikelilingi anak-anak membaca dari buku besar berisi catatan tentang kelakuan anak-anak selama setahun silam. Anak yang baik dapat hadiah, yang nakal akan masuk kantong Zwarte Piet [Piet Hitam] dan dibawa ke Spanyol. Tentu saja ini tidak benar, namun anak belum bisa membedakan mana yang benar mana yang tidak.
Hingga beberapa tahun lalu, Piet Hitam pembantu Sinterklaas berwajah hitam, berbibir merah, beranting-anting besar, bertopi bundar, membawa karung dan sapu lidi. Tenyata hal yang dimaksud agar anak-anak berkelakuan baik, justru membuat banyak anak merasa takut. Salah satu akibatnya adalah, anak yang sudah tidak ngompol jadi ngompol lagi. Menakut-nakuti anak tidak dianjurkan, dan atas saran para ahli didik di tahun 60-an abad lalu, unsur ini berangsur-angsur dihapus.
Dari masa ke masa perayaan Sinterklaas berubah, dewasa ini Piet yang mendampingi Sinterklaas bukan lagi Zwarte Piet [Piet Hitam], melainkan Piet biasa. Lebih dari satu dasawarsa lalu penampilan Piet Hitam sebagai budak bodoh berkelakuan konyol diprotes karena rasisme. Piet Hitam dengan kostum khas ini adalah orang-orang Moor yang diperbudak.
Di masa perbudakan memiliki budak berkulit hitam adalah cara memamerkan kekayaan atau status yang tinggi. Mencolok adalah logat bicara Piet Hitam di tahun 80-an meniru orang Surinam. Wilayah bekas jajahan Belanda ini merdeka pada 1975, dan pada waktu itu sekitar 40.000 orang Surinam beremigrasi ke Belanda.
Pada kunjungan kenegaraan Raja Willem Alexander baru-baru ini, raja sekali lagi mohon maaf atas kepedihan masa lalu yang diakibatkan oleh perdagangan manusia dan perbudakan. Masa perbudakan adalah sejarah kelam. Dengan pemahaman umum tentang perbudakan di masa kini masih menampilkan Zwarte Piet itu dirasakan banyak pihak sebagai diskriminasi.
Tokoh yang membuka dialog tentang Zwarte Piet adalah Jerry Afriyie, inisiator Kick Out Zwarte Piet (KOZW). Protes awalnya sangat kecil, ia mengenakan kaos oblong bertuliskan ‘zwarte piet is racisme’ Dukungan inisiatif ini kian bertambah, demo aktivis Kick Out Zwarte Piet bahkan pernah menjadi berita internasional. Bentrokan tersengit antara penentang dan pendukung Zwarte Piet adalah pada perayaan Sinterklaas antara tahun 2015 – 2019.
Setelah upayanya selama 15 tahun, pada 5 Desember 2025 Jerry Afriyie membubarkan KOZW karena tujuannya telah tercapai. Dewasa ini Belanda terbiasa dengan Sinterklaas didampingi Piet Aneka Warna.
Wakil walikota Amsterdam Touria Meliani menganugerahkan penghargaan Andreaspenning pada Jerry Afriyie karena telah berjasa dalam bidang sosial dan kemasyarakatan. Berkat upayanya Belanda paham Piet Hitam adalah rasial, dan anak-anak berkulit hitam tidak lagi diejek atau diteriaki ‘Zwarte Piet’ seperti yang dirasakan oleh Jerry sendiri waktu dia masih kanak-kanak.
Sekolah-sekolah dasar di Belanda juga merayakan Sinterklaas. Murid-murid yang sudah tidak percaya Sinterklaas merayakan dengan bertukar kado dan membuat pantun jenaka. Tradisi berpantun dan membuat surprise juga dilakukan orang dewasa.
Kalau versi Voksian, bunyi pantunnya seperti ini:
Minyak balur sing ada lawan
Sekali coba, pasti menganga
Baik kawan maupun lawan